Banjir Belum Surut, Tiga Kecamatan di Barito Selatan Lumpuh, Ribuan Warga Masih Butuh Bantuan

LOKAL PEMERINTAHAN

**PRADANAMEDIA/ BARITO SELATAN – Musibah banjir yang melanda Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, masih belum menunjukkan tanda-tanda surut. Hingga Selasa (6/5), sejumlah desa di tiga kecamatan—Karau Kuala, Dusun Hilir, dan Jenamas—masih terendam air.

Banjir yang berkepanjangan ini berdampak besar terhadap kehidupan warga. Aktivitas sehari-hari terganggu, termasuk di sektor pertanian, perkebunan, dan akses menuju fasilitas umum. Banyak lahan pertanian dan rumah warga yang terendam, membuat masyarakat kesulitan dalam menjalankan usaha dan kegiatan rutin.

Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Barito Selatan, Okta, menjelaskan bahwa ketinggian air di wilayah terdampak terus mengalami kenaikan, bahkan bertambah sekitar lima sentimeter dibandingkan hari sebelumnya.

“Wilayah terdampak meliputi rumah penduduk, lahan pertanian, perkebunan, hingga fasilitas umum. Warga mengalami kendala besar dalam beraktivitas,” ujar Okta saat diwawancarai TribunKalteng.com.

Sebagai bentuk tanggap darurat, BPBD bersama pemerintah provinsi dan kabupaten telah menyalurkan bantuan logistik kepada masyarakat. Total sebanyak 3.618 paket bantuan telah didistribusikan ke empat kecamatan yang paling terdampak.

“Kami terus melakukan pemantauan dan memastikan distribusi bantuan menjangkau warga yang paling membutuhkan. Ribuan orang masih memerlukan dukungan,” lanjutnya.

BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi penyakit pascabanjir. Masyarakat diminta menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan pribadi.

“Pemerintah hadir di tengah masyarakat. Kami terus berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan bantuan dan memastikan keselamatan warga,” tutup Okta.

Pemerintah daerah diharapkan memperkuat sinergi dengan pemerintah pusat dalam mempercepat penanganan bencana, termasuk penyediaan hunian sementara, layanan kesehatan keliling, dan penyaluran bantuan secara tepat sasaran. Bencana ini menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana berbasis komunitas serta infrastruktur adaptif terhadap perubahan iklim. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *