Banjir Bandang Bali Tewaskan 14 Orang, DPR Desak Pemerintah Bertindak Cep

NASIONAL PEMERINTAHAN

PRADANAMEDIA / JAKARTA – Anggota Komisi VIII DPR, Mahdalena, mendesak pemerintah bergerak cepat dalam menangani bencana banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Bali. Menurutnya, langkah cepat dan terukur mutlak diperlukan agar banjir tidak semakin meluas serta dapat meminimalisir korban jiwa maupun kerugian material.

“Kami turut berduka atas musibah banjir bandang di Bali. Fakta bahwa sudah ada korban jiwa menunjukkan situasi ini serius dan tidak bisa dianggap remeh. Pemerintah harus segera mengambil langkah nyata agar tidak semakin banyak warga terdampak,” ujar Mahdalena dalam keterangannya, Kamis (11/9).

Dorongan Evakuasi dan Posko Darurat

Mahdalena menekankan bahwa evakuasi terhadap warga yang masih terjebak perlu segera dilakukan dengan dukungan aparat keamanan, relawan, dan masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya pembangunan posko darurat di titik-titik pengungsian untuk memenuhi kebutuhan mendasar, seperti dapur umum, air bersih, makanan, minuman, serta tempat istirahat layak bagi warga terdampak.

Selain itu, perhatian khusus disebut harus diberikan kepada kelompok rentan—terutama perempuan, anak-anak, dan lanjut usia. “Pendampingan psikososial juga penting untuk memulihkan kondisi mental korban, khususnya perempuan dan anak-anak,” ujarnya.

Korban Meninggal Bertambah

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Kamis (11/9) pukul 11.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat banjir bandang di Bali mencapai 14 orang. Rinciannya: 8 orang di Kota Denpasar, 2 orang di Jembrana, 3 orang di Gianyar, dan 1 orang di Badung. Sementara itu, 2 orang masih dinyatakan hilang.

Sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, mushala, dan banjar dialihfungsikan sebagai pos pengungsian. Data sementara BPBD Provinsi Bali menunjukkan sedikitnya 562 warga mengungsi, dengan rincian 327 orang di Kabupaten Jembrana dan 235 orang di Kota Denpasar.

Penyebab dan Tanggapan Daerah

Banjir bandang terjadi akibat hujan ekstrem selama 24 jam sejak Selasa (9/9). Empat daerah paling terdampak di Bali adalah Denpasar, Jembrana, Gianyar, dan Tabanan.

Gubernur Bali I Wayan Koster menyebut curah hujan kali ini sebagai yang terbesar dalam 70 tahun terakhir, dan mengakui pembangunan masif di Bali turut memperparah dampak banjir. Pemerintah provinsi berjanji akan meninjau kembali tata ruang dan membatasi alih fungsi lahan.

Sementara itu, BMKG memprediksi intensitas hujan di Bali akan cenderung menurun dalam sepekan mendatang. Meski begitu, warga tetap diminta waspada karena kondisi tanah yang jenuh air masih berpotensi menimbulkan longsor dan banjir susulan. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *