**PRADANAMEDIA/ TURKIYE – Operasi pemusnahan narkotika di kota Lice, Turkiye bagian timur, berubah menjadi bencana kesehatan masyarakat. Ribuan penduduk kota tersebut dilaporkan mengalami gejala “teler massal” setelah pihak berwenang membakar sekitar 20 ton ganja hasil sitaan di area terbuka.
Alih-alih menekan peredaran narkotika, pembakaran besar-besaran ini justru menimbulkan asap pekat yang menyelimuti kota berpenduduk sekitar 25.000 jiwa selama beberapa hari, Selasa (21/5). Warga mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti pusing, mual, bahkan halusinasi. Banyak dari mereka harus bolak-balik ke fasilitas kesehatan setempat untuk mendapat perawatan.

“Kami tidak bisa membuka jendela selama berhari-hari karena bau ganja begitu menyengat,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya. “Anak-anak kami jatuh sakit, ini bukan pertama kali terjadi. Hampir tiap tahun kami menghadapi hal seperti ini.”
Pemusnahan Tak Terkendali, Warga Jadi Korban
Menurut laporan Turkiye Today (22/4/2025), operasi ini dilaksanakan oleh Komando Gendarmerie Distrik Lice. Pembakaran dilakukan secara terbuka menggunakan 200 liter solar untuk memusnahkan ganja senilai 10 miliar lira Turkiye (sekitar Rp 4 triliun), hasil dari 226 operasi anti-narkotika sepanjang 2024.
Sebelum dibakar, ganja-ganja tersebut bahkan sempat disusun membentuk tulisan “Lice” — sebuah tindakan yang menuai kecaman luas. Ketua Asosiasi Bintang Hijau (Green Star Association), Yahya Oger, menyebut aksi tersebut tidak hanya tidak profesional, tetapi juga membahayakan keselamatan publik.
“Asap ganja yang dibakar di ruang terbuka memiliki efek serius, mirip dengan paparan asap rokok di ruang tertutup,” jelas Oger. “Seharusnya pembakaran dilakukan di fasilitas dengan sistem filtrasi, atau minimal jauh dari permukiman.”
Seruan Evaluasi dari Pakar dan Masyarakat Sipil
Meski belum ada laporan resmi masuk ke organisasi pencegahan adiksi tersebut, banyak warga terus menyuarakan keluhan mereka melalui media dan organisasi lokal. Beberapa menyebut insiden serupa terjadi setiap tahun tanpa adanya perubahan kebijakan atau prosedur dari pemerintah.
Kritik terhadap pendekatan ini juga semakin kencang karena dianggap mencerminkan kelalaian dalam mengelola dampak lingkungan dan kesehatan dari operasi penegakan hukum.
Sementara itu, Kantor Gubernur setempat mengklaim bahwa operasi ini telah berhasil menjaring hampir 2.000 orang dalam proses hukum terkait peredaran narkotika. Namun, hal ini tidak cukup meredam kekhawatiran publik.
Menimbang Ulang Strategi Pemusnahan Narkotika
Insiden di Lice membuka kembali perdebatan mengenai tata kelola dan prosedur standar dalam pemusnahan barang bukti narkotika. Para pakar mendesak pemerintah Turkiye agar segera mengevaluasi pendekatan yang selama ini digunakan agar tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi masyarakat yang justru seharusnya dilindungi. (RH)
