Washington DC – Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket bantuan militer senilai US$ 500 juta (sekitar Rp 8 triliun) untuk Ukraina, menegaskan komitmen Washington dalam mendukung pertahanan negara itu dari serangan Rusia yang berkelanjutan. Pengumuman ini dilakukan pada Jumat (13/12/2024), menjelang pergantian pemerintahan pada Januari 2025.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa bantuan tersebut meliputi berbagai senjata dan peralatan penting yang dibutuhkan Ukraina di medan perang. “Amerika Serikat terus menunjukkan komitmennya melalui pengiriman senjata dan peralatan krusial yang membantu Ukraina mempertahankan diri dari agresi Rusia,” ujarnya.
Paket bantuan ini mencakup amunisi untuk peluncur roket HIMARS, amunisi artileri, drone, kendaraan lapis baja, serta peralatan perlindungan terhadap ancaman kimia, biologi, radiologi, dan nuklir. Selain itu, bantuan juga mencakup berbagai perlengkapan lain yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan militer Ukraina.
Ketidakpastian Pasca Pemilu AS
Langkah ini dilakukan di tengah ketidakpastian terkait masa depan dukungan AS untuk Ukraina setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden November lalu. Partai Republik, yang mendukung Trump, telah mengkritik besarnya alokasi bantuan ke Ukraina. Trump sendiri pernah menyatakan skeptisisme terhadap kebijakan bantuan militer, bahkan mengklaim dirinya mampu menciptakan gencatan senjata dengan Rusia dalam waktu singkat.
Sebagai respons, pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha mengamankan bantuan sebanyak mungkin sebelum pelantikan Trump pada Januari 2025. “Kami akan terus mendukung Ukraina hingga hari terakhir pemerintahan ini,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Total Bantuan yang Terus Bertambah
Paket bantuan ini melengkapi sejumlah bantuan besar yang telah diberikan AS kepada Ukraina pada bulan Desember 2024, termasuk paket senilai US$ 988 juta dan US$ 725 juta. Sejak invasi Rusia dimulai pada 2022, AS telah menjadi salah satu pendukung utama Ukraina, memberikan miliaran dolar bantuan militer untuk mendukung perlawanan negara tersebut.
Namun, perubahan kepemimpinan di Washington menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan di antara sekutu Eropa. Dukungan AS, yang selama ini menjadi tulang punggung pertahanan Ukraina, bisa menghadapi tantangan baru jika pemerintahan Trump memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan bantuan militer.
Dalam situasi ini, bantuan terbaru ini tidak hanya menjadi simbol dukungan, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan Ukraina tetap memiliki kemampuan bertahan di tengah ancaman yang terus berlangsung. (KN)
