Demo Damai Gandhi di Champaran: Awal Lahirnya Satyagraha yang Mengguncang Kekuasaan Inggris

OPINI PUBLIK

PRADANAMEDIA / NEW DELHI – Tiga dekade sebelum India merdeka, benih perjuangan rakyat mulai tumbuh di tanah Champaran, Bihar. Dari sinilah Mahatma Gandhi menapaki ujian pertama kepemimpinannya di tanah airnya, lewat sebuah gerakan tanpa kekerasan yang kelak mengguncang kekuasaan kolonial Inggris.

Gandhi tiba di Champaran pada April 1917, setelah sekian lama berjuang di Afrika Selatan. Di wilayah agraris ini, ia mendapati penderitaan petani indigo yang terjebak dalam sistem penindasan kolonial bernama tinkathia. Sistem ini memaksa para petani menanam indigo di sebagian besar lahan mereka, padahal pewarna sintetis sudah menggeser indigo alami di pasar dunia. Praktik tersebut hanya menguntungkan tuan tanah Inggris, sementara petani semakin miskin dan terlilit utang.

Mendengar Suara Rakyat Kecil

Permintaan untuk turun tangan datang dari seorang petani bernama Rajkumar Shukla. Namun, alih-alih berorasi penuh semangat, Gandhi memilih cara berbeda: ia mendengarkan. Berhari-hari ia duduk bersama petani, mencatat ribuan keluhan, dan menyusun dasar gerakan.

Dibantu tokoh muda seperti Rajendra Prasad dan JB Kripalani, Gandhi tidak hanya memimpin protes, tetapi juga memulai inisiatif pendidikan, layanan kesehatan, serta kebersihan desa. Istrinya, Kasturba Gandhi, bahkan mendorong kaum perempuan ikut terlibat dalam perjuangan, menjadikan gerakan ini semakin inklusif dan kokoh.

Tantangan Pemerintah Kolonial

Kolonial Inggris sempat memerintahkan Gandhi meninggalkan Champaran. Namun, ia menolak dengan tegas. Menurut Gandhi, membela kaum tertindas adalah hak setiap manusia. Ia kemudian mengorganisasi aksi damai berupa protes dan pembangkangan sipil, tanpa sedikit pun menggunakan kekerasan.

Tekanan publik yang semakin meluas akhirnya memaksa pemerintah kolonial membentuk komisi penyelidikan. Hasilnya, sistem tinkathia resmi dihapuskan.

Lahirnya Undang-Undang Agraria Champaran 1917

Kemenangan ini melahirkan Undang-Undang Agraria Champaran 1917—sebuah tonggak reformasi yang menandai keberhasilan pertama satyagraha, perlawanan tanpa kekerasan ala Gandhi. Dari Champaran inilah, metode satyagraha lahir dan berkembang menjadi senjata moral yang kelak mempercepat jalan India menuju kemerdekaan.

Champaran menjadi bukti bahwa suara rakyat, jika disuarakan dengan damai dan terorganisasi, mampu menundukkan penguasa yang selama ini dianggap tak tergoyahkan. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *