**PRADANAMEDIA / SEOUL – Korea Selatan mencatat peningkatan angka kelahiran tertinggi dalam kurun lebih dari empat dekade untuk periode Januari hingga Mei 2025. Menurut laporan resmi dari Statistik Korea yang dirilis pada Rabu (23/7), tercatat sebanyak 106.048 bayi lahir selama lima bulan pertama tahun ini — meningkat 6,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Ini merupakan tingkat pertumbuhan kelahiran tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1981,” ungkap seorang pejabat Statistik Korea kepada AFP.

Peningkatan ini juga menandai kenaikan tahunan pertama dalam angka kelahiran dalam lebih dari satu dekade. Sebelumnya, pada tahun 2024, Korea Selatan melaporkan 238.300 kelahiran sepanjang tahun — naik 8.300 bayi atau sekitar 3,6 persen dibandingkan tahun 2023.
Khusus untuk bulan Mei 2025, sebanyak 20.309 bayi tercatat lahir, meningkat 3,8 persen secara tahunan. Ini adalah angka tertinggi untuk bulan Mei dalam 14 tahun terakhir. Mei juga menjadi bulan kedua berturut-turut di mana jumlah kelahiran bulanan melebihi 20.000, serta bulan ke-11 berturut-turut pertumbuhan tahunan sejak Juli 2024.
Kaitan dengan Lonjakan Pernikahan
Peningkatan angka kelahiran ini dinilai erat kaitannya dengan tren kenaikan pernikahan, terutama di kalangan perempuan usia awal 30-an. Dalam konteks budaya Korea Selatan, di mana kelahiran di luar nikah masih sangat jarang terjadi, peningkatan pernikahan secara langsung memengaruhi tingkat kelahiran.
Statistik Korea mencatat, pada Mei 2025 terjadi 21.761 pernikahan, naik 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya — tertinggi untuk bulan Mei sejak 2019. “Kenaikan ini tampaknya dipengaruhi oleh peningkatan populasi perempuan usia awal 30-an dan jumlah pernikahan yang terus meningkat,” jelas pejabat tersebut.
Tingkat Fertilitas Masih Jauh dari Ideal
Meski ada pertumbuhan positif, tingkat fertilitas total Korea Selatan tetap sangat rendah. Pada Mei 2025, tingkat fertilitas tercatat sebesar 0,75, hanya naik tipis 0,02 poin dari tahun sebelumnya — masih jauh dari ambang batas pengganti populasi sebesar 2,1 anak per perempuan.
Menurut proyeksi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington, jika tren fertilitas rendah ini berlanjut, populasi Korea Selatan diperkirakan bisa menyusut drastis menjadi hanya 26,8 juta jiwa pada tahun 2100, turun tajam dari sekitar 51 juta jiwa saat ini.
Upaya dan Tantangan Pemerintah
Selama bertahun-tahun, pemerintah Korea Selatan telah menggelontorkan miliaran dollar untuk mengatasi krisis demografi, termasuk melalui program subsidi pernikahan, bantuan pengasuhan anak, dan insentif finansial lainnya. Namun, tantangan struktural masih menjadi penghambat besar.
Faktor-faktor seperti biaya hidup yang tinggi, harga properti yang tidak terjangkau, persaingan kerja yang ketat, dan beban ganda perempuan bekerja menjadi alasan utama mengapa banyak pasangan muda menunda atau bahkan menolak memiliki anak.
Sementara itu, angka kematian pada Mei 2025 tercatat sebanyak 28.510, hampir tidak berubah dibandingkan tahun lalu. Alhasil, penurunan populasi alami masih terus terjadi, dengan defisit sebanyak 8.202 jiwa, memperpanjang tren yang sudah berlangsung sejak akhir 2019. (RH)
