Putin Buka Peluang Damai dengan Ukraina, Di Tengah Jual-Beli Serangan Drone

INTERNASIONAL PEMERINTAHAN

**PRADANAMEDIA / MOSKOW — Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow siap untuk kembali duduk di meja perundingan guna mencari solusi damai atas konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun dengan Ukraina. Hal ini diungkapkan Putin saat kunjungan kenegaraan ke Minsk, Belarus, pada Jumat (27/6), sebagaimana dilansir Euronews.

Menurut Putin, saat ini pejabat dari kedua negara tengah membahas kemungkinan jadwal pertemuan putaran baru. Ia juga menyebut bahwa topik gencatan senjata kemungkinan besar akan menjadi salah satu agenda utama dalam dialog tersebut.

“Kami terbuka untuk perundingan baru. Kontak antara delegasi kedua pihak sedang berlangsung, termasuk untuk menyusun agenda dan waktu pertemuan,” ujar Putin.

Meski begitu, jalan menuju perdamaian tampaknya masih penuh rintangan. Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mendorong agar perundingan dilakukan langsung antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Putin. Namun, harapan itu ditanggapi dingin oleh Moskow. Putin menegaskan bahwa pertemuan tingkat kepala negara baru bisa dilakukan setelah poin-poin utama kesepakatan damai tercapai, yang menurutnya bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Lebih lanjut, Putin kembali mengulang klaimnya bahwa Zelensky telah kehilangan legitimasi sebagai presiden Ukraina sejak masa jabatannya berakhir tahun lalu—sebuah pandangan yang jelas akan memperkeruh dinamika diplomasi bilateral.

Sebelumnya, dua putaran perundingan di Istanbul, Turki, juga gagal membuahkan hasil berarti. Dialog antara delegasi Rusia dan Ukraina saat itu berlangsung singkat dan berakhir tanpa kemajuan signifikan.

Serangan Drone Meningkat, Medan Perang Jadi Laboratorium Persenjataan

Pernyataan Putin soal kesiapan berdamai muncul di tengah meningkatnya intensitas jual-beli serangan drone antara kedua negara. Pada Kamis malam (26/6/2025), militer Rusia meluncurkan lebih dari 360 drone kamikaze Shahed, pesawat nirawak pengalih, serta delapan rudal ke wilayah Ukraina.

Kiev mengklaim bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat sebagian besar serangan, hanya empat drone yang lolos serta enam rudal jelajah yang berhasil dijatuhkan. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut sebanyak 39 drone Ukraina jatuh di beberapa wilayah Rusia, termasuk 19 di Rostov dan 13 di Volgograd—dua wilayah yang berbatasan langsung dengan timur Ukraina.

Perang drone ini telah menjadi elemen penting dalam dinamika konflik Rusia-Ukraina yang kini memasuki tahun keempat. Kedua pihak berlomba mengembangkan teknologi drone yang lebih canggih, murah, dan mematikan. Pada awal Juni 2025, Ukraina melancarkan operasi rahasia dengan drone murah yang berhasil menyusup dan merusak hampir sepertiga armada pengebom strategis Rusia di Moskow.

Menurut angkatan udara Ukraina, dari ratusan drone yang masuk ke wilayah mereka dalam sepekan terakhir, sekitar 359 berhasil dicegat atau dinetralisasi melalui sistem elektronik.

Harapan Damai di Tengah Ketegangan

Walaupun tanda-tanda menuju perundingan kembali muncul, situasi di lapangan tetap panas. Perang yang telah memakan ribuan korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur utama di kedua negara ini masih jauh dari kata usai. Namun pernyataan Putin tentang kesiapan berdialog membuka celah diplomatik yang, jika dimanfaatkan dengan bijak, bisa menjadi awal dari proses menuju penghentian perang yang berkepanjangan.

Bahwa segala inisiatif menuju perdamaian harus mengedepankan prinsip kedaulatan, penghormatan terhadap hukum internasional, dan keselamatan warga sipil yang menjadi korban utama dalam konflik ini. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *