Di Hadapan Putin, Prabowo Kritik Neoliberalisme dan Usulkan Jalan Tengah Ekonomi untuk Indonesia

NASIONAL PEMERINTAHAN

**PRADANAMEDIA / ST. PETERSBURG, RUSIA — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan pandangan kritisnya terhadap model ekonomi pasar bebas neoliberal yang selama tiga dekade terakhir mendominasi kebijakan ekonomi Indonesia. Pidato ini disampaikan saat menjadi pembicara dalam forum internasional bergengsi St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia, Jumat (20/6), yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Di hadapan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Prabowo menilai bahwa pendekatan ekonomi neoliberal yang bercorak laissez-faire telah gagal menciptakan kesejahteraan yang merata di Indonesia.

“Selama 30 tahun terakhir, kita mengikuti filosofi pasar bebas kapitalis klasik neoliberal. Namun menurut saya, filosofi ini tidak berhasil membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Prabowo.

Ia mencontohkan bahwa meskipun Indonesia mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen per tahun selama tujuh tahun terakhir—akumulatif sekitar 35 persen—namun pertumbuhan itu tidak menghasilkan efek pemerataan (trickle-down effect). Menurutnya, kesejahteraan hanya dinikmati segelintir kelompok elit, kurang dari 1 persen populasi.

“Ini bukan formula yang berhasil,” tegasnya.

Dalam pidatonya yang disampaikan dengan nada reflektif, Prabowo menolak baik kapitalisme murni maupun sosialisme total sebagai solusi bagi negara berkembang seperti Indonesia. Ia menekankan pentingnya membangun jalan ekonomi-politik yang kontekstual dan berakar pada kebutuhan serta nilai-nilai bangsa.

“Setiap negara harus menentukan filsafat ekonominya sendiri. Saya tidak percaya pada kapitalisme murni yang melahirkan ketimpangan, dan saya juga tidak percaya pada sosialisme murni yang membuat orang kehilangan semangat kerja,” ujar Prabowo.

Sebagai alternatif, Prabowo menyuarakan perlunya pendekatan jalan tengah—sebuah sintesis dari kreativitas dan dinamika pasar kapitalisme dengan kehadiran negara yang aktif untuk menjamin keadilan sosial dan kesejahteraan.

“Kami ingin memanfaatkan inovasi dan inisiatif dari kapitalisme, tapi kami juga membutuhkan intervensi negara untuk menghapus kemiskinan, mengatasi kelaparan, dan melindungi rakyat yang paling rentan,” tambahnya.

Pidato Prabowo mendapat perhatian khusus dari Presiden Putin yang tampak menyimak sambil mengenakan alat penerjemah dan mencatat poin-poin penting yang disampaikan. Kehadiran Prabowo di SPIEF 2025 menjadi salah satu sorotan utama forum, menandai posisi strategis Indonesia dalam percaturan ekonomi global, sekaligus menegaskan arah baru yang lebih berimbang dalam kebijakan ekonomi nasional. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *