**GLOBAL/ KUALA LUMPUR – Di tengah memanasnya ketegangan dagang global akibat kebijakan tarif sepihak Amerika Serikat (AS), negara-negara ASEAN menyatakan tidak akan melakukan tindakan balasan. Hal ini disampaikan dalam pernyataan bersama usai pertemuan virtual khusus para menteri ekonomi ASEAN pada Kamis (10/4).
Dalam pernyataan itu, ASEAN menegaskan komitmennya untuk tetap mengedepankan dialog terbuka dan konstruktif sebagai solusi utama menghadapi dinamika perdagangan global.
“ASEAN, sebagai kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia, menyampaikan keprihatinan serius atas langkah tarif sepihak yang diberlakukan AS, termasuk tarif baru yang diumumkan pada 2 April 2025 dan penangguhan sebagian tarif pada 9 April 2025,” tulis pernyataan resmi tersebut.

Meski terdampak signifikan, ASEAN menyatakan kesiapan untuk membuka ruang diskusi dengan pemerintah AS, dengan harapan dapat menciptakan hubungan ekonomi yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
“Dalam semangat kerja sama dan stabilitas kawasan, ASEAN berkomitmen untuk tidak menerapkan tindakan balasan terhadap kebijakan tarif AS,” tegas para menteri.
Negara ASEAN Terpukul Tarif Tinggi
Sejumlah negara anggota ASEAN menjadi sasaran utama kebijakan tarif tinggi dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Negara-negara seperti Vietnam (46 persen), Kamboja (49 persen), Laos (48 persen), Myanmar (44 persen), Thailand (36 persen), dan Indonesia (32 persen) menghadapi beban tarif yang signifikan.
Sementara itu, Malaysia dan Brunei dikenai tarif sebesar 24 persen, sedangkan Filipina dan Singapura mengalami dampak yang relatif lebih ringan, masing-masing 17 persen dan 10 persen.
Langkah ASEAN untuk tidak membalas dinilai sebagai pendekatan strategis demi meredam potensi eskalasi perang dagang yang lebih luas. Dengan mengedepankan jalur diplomasi, ASEAN berharap dapat mencegah dampak negatif terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi kawasan. (RH)
