Koalisi Global Bahas Keamanan Ukraina di Paris: Strategi Pasca-Gencatan Senjata

HUKAM INTERNASIONAL

**GLOBAL/ PARIS – Paris menjadi tuan rumah pertemuan ketiga Koalisi Negara Pendukung Ukraina pada Rabu (27/3/2025). Acara ini dipimpin oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dengan dihadiri sekitar 30 pemimpin dunia. Fokus utama diskusi adalah keamanan Ukraina setelah kesepakatan gencatan senjata antara Kyiv dan Moskwa.

Sebelum pertemuan dimulai, Starmer bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dan menegaskan bahwa Eropa harus melakukan segala upaya untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Tantangan Gencatan Senjata dan Sikap Rusia

Sebelumnya, Ukraina dan Amerika Serikat telah menyepakati gencatan senjata selama 30 hari. Namun, Moskwa menolak perjanjian tersebut dengan alasan bahwa pencabutan sebagian sanksi harus menjadi syarat sebelum mereka menghentikan serangan di Laut Hitam.

Koalisi Pendukung Ukraina: Strategi dan Rencana Keamanan

Koalisi Negara Pendukung Ukraina pertama kali diumumkan oleh Starmer pada awal Maret dalam konferensi di London. Tujuannya adalah memperkuat pertahanan Ukraina, termasuk dengan meningkatkan bantuan militer. Sejumlah negara Eropa kini tengah mempertimbangkan pembentukan pasukan perdamaian untuk mengawasi serta menegakkan kesepakatan gencatan senjata jika nantinya disetujui oleh Kyiv dan Moskwa.

Menurut Starmer, kehadiran pasukan ini bertujuan menjamin keamanan Ukraina dalam jangka panjang, meskipun rincian operasionalnya masih dalam tahap diskusi bersama para ahli militer. Dalam pertemuan tersebut, Macron menegaskan bahwa pasukan perdamaian yang ditempatkan di Ukraina harus siap merespons jika terjadi eskalasi serangan dari Rusia.

Solidaritas Global dan Dukungan Militer

Koalisi ini dipimpin oleh Starmer, Macron, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, serta diikuti oleh pemimpin dunia lainnya dari Jerman, Italia, Spanyol, Polandia, Denmark, Belgia, Lithuania, Estonia, Swedia, dan Turki. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, serta Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte juga turut hadir.

Dalam pernyataannya, Zelensky menekankan pentingnya menjaga tekanan terhadap Rusia.

“Ini bukan saatnya untuk mengendurkan tekanan atau melemahkan persatuan kita demi perdamaian semu. Kita memerlukan langkah-langkah kuat dan bersama untuk mencapai perdamaian nyata,” tulisnya di media sosial X.

Von der Leyen juga menegaskan bahwa pertemuan ini tidak hanya membahas keamanan Ukraina, tetapi juga menyangkut stabilitas Eropa secara keseluruhan.

“Memperkuat pertahanan Ukraina adalah langkah pertama. Kita juga memerlukan rencana jangka panjang yang komprehensif,” ujarnya.

Diskusi ini turut membahas kelanjutan bantuan militer dan pendanaan guna memperkuat pertahanan Ukraina. Namun, hingga saat ini, hanya Inggris dan Prancis yang secara resmi menyatakan kesiapan mereka untuk mengirimkan pasukan perdamaian. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *