Palangka Raya – Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, mengapresiasi peran Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam menangani penolakan terhadap RUU Pilkada. Meskipun mereka berasal dari kubu politik yang berbeda, Arteria mengakui kontribusi Prabowo dalam meredakan ketegangan selama demonstrasi, yang akhirnya mengarah pada pembatalan pengesahan RUU Pilkada dalam rapat paripurna.

“Kalau melihat situasi saat ini, pagar DPR bisa dirusak tanpa ada yang menghalangi. Coba zaman dulu, Pak, sudah digebuk. Mahasiswa yang masuk sore hari dibiarkan meskipun ada sedikit gesekan,” ujar Arteria dalam rapat dengan Menkum HAM RI Supratman Andi Agtas pada Jumat (23/8).
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, memberikan penghargaan kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto atas perannya dalam menangani penolakan terhadap RUU Pilkada. Meski mereka berasal dari kubu politik yang berbeda, Arteria mengakui kontribusi Prabowo dalam meredakan ketegangan selama demonstrasi, yang pada akhirnya berujung pada pembatalan pengesahan RUU Pilkada dalam rapat paripurna.
“Jika melihat kondisi sekarang, pagar DPR bisa dirusak tanpa ada yang menghalangi. Berbeda dengan zaman dulu, Pak, jika mahasiswa masuk sore hari, sudah langsung dihadapi meski terjadi sedikit gesekan,” kata Arteria dalam rapat dengan Menkum HAM RI Supratman Andi Agtas pada Jumat (23/8).

Arteria juga membahas mengenai dilema yang dihadapi polisi saat itu, yang harus menjaga keamanan sambil tetap bersikap humanis.
“Saya katakan kepada Pak Kapolda, betapa sulitnya posisi beliau. Di satu sisi harus tetap humanis, di sisi lain harus mengamankan objek vital negara. Ini adalah pekerjaan yang sangat berat,” ujarnya.
Arteria meyakini bahwa pembatalan revisi UU Pilkada tidak lepas dari campur tangan Prabowo, termasuk dalam penanganan demonstrasi yang lebih manusiawi.

Dia juga menyimpulkan bahwa meskipun Prabowo sering dianggap otoriter dan militeristik, dia mampu melakukan tindakan yang baik ketika diberikan kesempatan.
“Saya berbicara apa adanya kepada teman-teman. Saya mohon maaf, jika tidak ada Pak Prabowo, situasi ini mungkin tidak akan terjadi. Jadi, meskipun kita anggap seseorang otoriter, totaliter, atau militeristik, jika diberikan kesempatan untuk berbuat baik, dia bisa melakukannya,” tegasnya. (KN)