Jakarta – Menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat kerap menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok, terutama beras. Namun, pemerintah memastikan bahwa stok beras dalam kondisi aman dan terkendali, sehingga harga pangan diharapkan tetap stabil selama bulan puasa.
Kepastian ini disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, yang mengungkapkan bahwa stok beras di gudang Bulog saat ini telah mencapai 2 juta ton. Dengan jumlah tersebut, pemerintah optimistis bahwa pasokan beras menjelang Ramadhan akan mencukupi.
“Kami yakin menghadapi bulan suci Ramadhan nanti, pangan relatif stabil,” ujar Amran dalam keterangannya pada Kamis (6/2).
Surplus Beras dan Percepatan Penyerapan Gabah
Tak hanya mengandalkan stok di Bulog, pasokan beras juga didukung oleh musim panen yang tengah berlangsung. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa hingga Maret 2025, total produksi beras nasional mencapai 8 juta ton, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 13-14 juta ton pada April.
Dengan surplus produksi yang cukup besar, Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Bulog untuk mempercepat penyerapan gabah hasil panen petani. Langkah ini dilakukan agar harga gabah di tingkat petani tetap stabil dan tidak jatuh terlalu rendah akibat melimpahnya pasokan.
Sebagai bagian dari kebijakan tersebut, pemerintah telah mengalokasikan dana Rp 16,6 triliun dalam bentuk pinjaman bebas bunga untuk mendukung pembelian gabah petani oleh Bulog. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) juga telah ditetapkan, yakni:
- Gabah petani: Rp 6.500/kg
- Beras di gudang Bulog: Rp 12.000/kg
Dengan kebijakan ini, diharapkan petani tetap mendapatkan keuntungan yang layak, sementara konsumen tidak terbebani lonjakan harga beras.
Prabowo Geram, Pastikan Petani Tidak Dirugikan
Kebijakan penyerapan hasil panen sesuai HPP ini sebelumnya menjadi perhatian Presiden Prabowo dalam rapat mendadak yang digelar di Kementerian Pertanian pada Senin (3/2). Dalam rapat tersebut, Prabowo bahkan menunjukkan sikap tegas dan sempat marah setelah menerima laporan bahwa masih ada pengusaha yang membeli hasil panen petani di bawah harga yang ditetapkan.
“Pengusaha memang harus untung, tetapi tidak boleh untung sendiri,” tegas Prabowo dalam rapat tersebut.
Ia menegaskan bahwa petani sebagai produsen beras harus menjadi pemenang dalam rantai distribusi pangan. Menurutnya, keseimbangan antara petani, pengusaha, dan konsumen harus tetap dijaga agar semua pihak mendapat keuntungan yang adil.
Untuk memastikan kebijakan ini berjalan dengan baik, Prabowo bahkan menyatakan kesiapannya untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur mekanisme penyerapan hasil panen dengan harga yang wajar bagi petani.
Langkah Strategis Pemerintah Menjaga Stabilitas Harga Beras
Dalam menghadapi bulan puasa yang biasanya diiringi kenaikan harga bahan pokok, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, antara lain:
- Memastikan stok beras mencukupi dengan menyiapkan cadangan di Bulog sebesar 2 juta ton.
- Meningkatkan penyerapan hasil panen petani melalui percepatan pembelian gabah oleh Bulog.
- Menetapkan HPP yang adil agar petani tidak dirugikan dan tetap mendapatkan keuntungan dari hasil panennya.
- Mencegah spekulasi harga dan permainan kartel yang dapat menyebabkan lonjakan harga beras di pasaran.
- Menyiapkan regulasi tambahan jika diperlukan, termasuk penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) untuk memastikan kebijakan harga berjalan dengan baik.
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap harga beras tetap stabil, sehingga masyarakat bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang tanpa harus menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam pengawasan di lapangan agar pengusaha dan pedagang tidak memainkan harga. Masyarakat pun diminta untuk ikut serta dalam melaporkan praktik curang yang dapat merugikan petani maupun konsumen.
Apakah kebijakan ini mampu menjaga harga beras tetap stabil hingga Idul Fitri? Publik menunggu realisasinya. (KN)
