Jakarta – Tagar bernada negatif terhadap aparat kepolisian, seperti #PercumaAdaPolisi, #SeragamCoklatMataDuitan, dan #PolisiJahat, sedang menjadi perbincangan hangat di platform media sosial X. Hingga saat ini, lebih dari tiga ribu cuitan dengan tagar-tagar tersebut telah memicu perdebatan sengit di kalangan warganet.
Namun, di balik keramaian di media sosial ini, muncul dugaan serius terkait keterlibatan sindikat narkoba internasional, khususnya jaringan Malaysia, yang berupaya mendiskreditkan institusi kepolisian Indonesia. Serangan di media sosial ini diduga sebagai strategi pengalihan isu, terutama setelah Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya berhasil membongkar jaringan besar peredaran narkoba yang melibatkan Malaysia, Riau, dan Jakarta.
Dalam operasi besar tersebut, aparat berhasil menangkap sejumlah tersangka dan menyita barang bukti yang sangat signifikan, yaitu 117 kilogram sabu dan 90.000 butir pil ekstasi. Keberhasilan ini menjadi pukulan berat bagi sindikat narkoba, yang kini diduga menggunakan framing jahat di media sosial untuk melemahkan citra kepolisian. Salah satu isu yang dimanfaatkan adalah kontroversi terkait acara Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024.
Framing ini tidak hanya sekadar opini kosong, tetapi merupakan bagian dari strategi sindikat narkoba untuk mengalihkan perhatian publik dari prestasi besar polisi dalam memberantas peredaran narkoba. Tindakan ini menunjukkan betapa besar ancaman yang dihadapi dalam perang melawan narkoba, sekaligus menggambarkan tingkat keseriusan sindikat dalam mempertahankan jaringan mereka.
Bagi masyarakat, penting untuk bersikap jeli dalam menghadapi isu-isu seperti ini. Serangan terhadap institusi kepolisian justru dapat memberikan keuntungan besar bagi bandar narkoba. Mereka yang berada di balik framing negatif ini mungkin tengah menikmati kemarahan publik terhadap polisi, yang sebenarnya merupakan upaya mereka untuk melemahkan kepercayaan terhadap aparat penegak hukum.
Perjuangan polisi dalam memberantas sindikat narkoba internasional adalah tugas yang tidak mudah. Operasi besar seperti yang dilakukan Polda Metro Jaya merupakan bukti nyata komitmen untuk melindungi generasi muda Indonesia dari ancaman narkotika.
Narasi negatif yang dimainkan oleh sindikat narkoba menunjukkan bahwa mereka semakin terdesak dan berupaya keras untuk melawan balik. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang merugikan pihak kepolisian. Sebaliknya, kita perlu bersatu mendukung aparat hukum dalam perang melawan narkoba demi masa depan bangsa yang lebih bersih dan bebas dari ancaman barang haram ini. (KN)
