Muzani Prihatin Tragedi Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Pembangunan Berstandar Jadi Kunci Keselamatan Santri

NASIONAL PEMERINTAHAN
Bagikan Berita

PRADANAMEDIA / JAKARTA – Ketua MPR RI Ahmad Muzani menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi ambruknya bangunan musala tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang menewaskan puluhan santri. Ia menegaskan, peristiwa memilukan ini harus menjadi pelajaran berharga mengenai pentingnya standar keamanan dan kelayakan konstruksi bangunan pendidikan, khususnya pesantren.

“Peristiwa ini sangat memprihatinkan dan menjadi duka kita semua. Ke depan, pembangunan lembaga pendidikan, termasuk pesantren, harus memenuhi standar konstruksi yang aman demi keselamatan santri dan siswa,” ujar Muzani di Gedung BPK, Jakarta, Selasa (7/10).

Muzani juga menegaskan pentingnya penyelidikan menyeluruh oleh aparat penegak hukum agar penyebab pasti runtuhnya bangunan tersebut bisa terungkap. Ia meminta seluruh pihak mempercayakan proses hukum kepada kepolisian.

“Kami percaya kepada pihak kepolisian untuk menuntaskan penyidikan agar insiden ini bisa menjadi pelajaran penting bagi semua penyelenggara pendidikan,” tambahnya.

Politikus Gerindra itu juga mengapresiasi langkah cepat Kementerian Agama (Kemenag) dan instansi terkait dalam penanganan bencana ini. Menurutnya, koordinasi lintas kementerian diperlukan agar evaluasi sistemik terhadap ribuan pesantren di Indonesia dapat dilakukan secara menyeluruh.

“Saya sudah melihat Menteri Agama dan lembaga terkait turun langsung ke lokasi. Saya percaya hasil penyelidikan nanti akan menjadi dasar keputusan terbaik bagi perbaikan sistem pendidikan pesantren,” ujarnya.

67 Korban Jiwa, Tragedi Terbesar di Dunia Pendidikan Sepanjang 2025

Tim SAR gabungan resmi menutup operasi pencarian korban pada Selasa (7/10) pukul 10.00 WIB, setelah sembilan hari pencarian tanpa henti. Sebanyak 171 orang berhasil dievakuasi, terdiri atas 67 korban meninggal dunia dan 104 selamat.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menjelaskan bahwa operasi pencarian disertai proses pembersihan reruntuhan bangunan di kompleks asrama putra Ponpes Al Khoziny.

“Operasi telah kami tuntaskan. Seluruh material bangunan yang runtuh sudah kami pindahkan, dan seluruh korban telah dievakuasi,” ujarnya.

Bangunan musala tiga lantai tersebut diketahui ambruk pada Senin (29/9) sekitar pukul 15.00 WIB, saat para santri sedang melaksanakan salat ashar.

Kegagalan Konstruksi Jadi Penyebab Utama

Hasil analisis tim ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama Basarnas menyimpulkan, penyebab utama runtuhnya bangunan adalah kegagalan konstruksi.

Menurut Kepala Subdirektorat Pengendali Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia dari Basarnas, Emi Freezer, struktur bangunan empat lantai tersebut gagal menahan beban vertikal, sehingga menyebabkan runtuhan bertingkat (pancake collapse).

“Runtuhnya bersifat progresif, di mana tiap lantai menimpa lantai di bawahnya hingga membentuk tumpukan. Pusat gravitasi ambruk berada di sisi kiri bangunan, yang menunjukkan perbedaan elevasi di pondasi bawah,” jelasnya.

Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian desain dan mutu struktur dengan standar bangunan bertingkat. Pemerintah pun didesak untuk melakukan audit menyeluruh terhadap ribuan pesantren yang memiliki fasilitas bertingkat guna mencegah tragedi serupa.

Evaluasi Nasional Pembangunan Pesantren

Menanggapi tragedi ini, sejumlah pihak mendesak agar Kementerian Agama mempercepat pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren untuk mengawasi sekitar 40.000 pesantren di Indonesia, baik dari sisi kurikulum maupun infrastruktur.

Tragedi Al Khoziny menjadi peringatan keras bahwa keselamatan fisik santri sama pentingnya dengan pembinaan spiritual. Evaluasi menyeluruh terhadap standar bangunan pesantren kini menjadi kebutuhan mendesak dalam menjaga masa depan pendidikan Islam di Tanah Air. (RH)


Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *