UPR Hadapi Kendala Lahan Riset Gambut, Wamen Saintek Janji Turun Tangan

LOKAL PENDIDIKAN

PRADANAMEDIA / PALANGKA RAYA – Universitas Palangka Raya (UPR) masih menghadapi sejumlah kendala dalam pemanfaatan lahan riset gambut yang telah dikerjakan sejak lama. Hal ini disampaikan Rektor UPR, Prof. Salampak, dalam forum diskusi bersama Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof. Stella Christie, saat kunjungan kerja ke kampus setempat pada Sabtu (13/9).

Dalam kesempatan itu, Prof. Stella menegaskan bahwa riset gambut merupakan aset strategis, bukan hanya untuk UPR, tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan. Namun, ia mencatat masih ada persoalan mendasar terkait status dan pemanfaatan lahan yang perlu segera dibenahi.

“Lahan ini sebenarnya sudah lama digunakan untuk riset, tetapi masih ada kendala. Kita akan bantu agar bisa memberi keuntungan besar bagi negara. Jika UPR berkembang sebagai pusat riset unggulan, tentu akan sangat menguntungkan kita semua,” ujarnya kepada awak media.

Prof. Stella menambahkan, riset di UPR tidak hanya berfokus pada ekologi gambut, tetapi juga mencakup bidang pertanian, pemanfaatan alga gambut, hingga penelitian kesehatan seperti studi kanker oleh mahasiswa. Menurutnya, kekhususan Palangka Raya dengan lahan gambut yang luas dapat menjadi identitas akademik sekaligus daya saing UPR di tingkat nasional maupun internasional.

“Kita di Saintek akan mendukung penuh, baik melalui pendanaan maupun regulasi,” tegasnya.

UPR Dorong Penguatan Identitas Riset Gambut

Sementara itu, Rektor UPR Prof. Salampak menekankan pentingnya memperkuat citra riset gambut UPR agar lebih dikenal luas. Ia menyebut penelitian kampus tersebut telah memberi kontribusi nyata, seperti pengembangan teknik pengelolaan gambut melalui sekat kanal dan rewetting yang telah diaplikasikan di Badan Restorasi Gambut (BRG).

“Kita harus lebih percaya diri mempromosikan hasil-hasil riset ini. Dukungan pemerintah sangat kami butuhkan, terutama dalam hal sarana, prasarana, dan pendanaan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kualitas riset tidak hanya diukur dari banyaknya mahasiswa yang terlibat, melainkan dari dukungan nyata yang diberikan.

“Untuk melahirkan riset unggul diperlukan dana dan fasilitas yang memadai. Harapan kami, riset yang dilakukan UPR benar-benar berdampak bagi masyarakat, bukan sekadar berhenti di jurnal ilmiah,” tutupnya. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *