95 Hari Terombang-ambing di Laut, Nelayan Peru Selamat dengan Bertahan Hidup dari Kecoa, Ikan, dan Darah Kura-kura

INTERNASIONAL SOSIAL BUDAYA

GLOBAL/ LIMA – Seorang nelayan asal Peru, Maxima Napa Castro (61) atau yang akrab disapa Gaton, berhasil selamat setelah 95 hari hilang di laut. Perjuangannya bertahan hidup menjadi kisah luar biasa tentang keteguhan hati, iman, dan keinginan kuat untuk kembali kepada keluarganya.

Bertahan Hidup dengan Segala Cara

Awalnya, Gaton telah mempersiapkan cukup perbekalan untuk bertahan selama satu bulan di laut. Namun, rencana berubah drastis ketika mesin kapalnya tiba-tiba mati setelah 30 hari. Berulang kali ia mencoba memperbaikinya, tetapi upayanya sia-sia. Menyadari situasi yang semakin genting, ia mulai menjatah makanan dan air yang tersisa, berharap akan segera ditemukan.

Ketika persediaan benar-benar habis, ia terpaksa mengambil langkah ekstrem demi bertahan hidup. Ia mulai menangkap ikan yang melompat ke perahunya, berburu burung yang hinggap di kapalnya saat malam hari, dan bahkan mengonsumsi kecoa. Pada titik tertentu, ia juga memburu kura-kura dan meminum darahnya sebagai pengganti air.

“Saya tidak ingin melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan agar saya bisa tetap hidup,” ujarnya dalam wawancara dengan CNN.

Iman yang Menjadi Pegangan

Gaton mengaku bahwa kekuatan mentalnya selama terombang-ambing di laut berasal dari imannya yang kuat kepada Tuhan dan keinginannya untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta.

“Pertama-tama, itu adalah iman saya kepada Tuhan. Saya berbicara kepadanya selama berhari-hari, mengatakan betapa pentingnya keluarga saya—ibu saya, saudara laki-laki saya, anak-anak saya,” tuturnya.

Namun, mempertahankan harapan tidaklah mudah. Semangatnya sempat merosot hingga pada satu titik, ia bahkan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi keyakinannya membuatnya terus berjuang, menunggu saat di mana pertolongan akan datang.

Tanda Harapan di Tengah Lautan

Harapan akhirnya datang pada pertengahan Maret 2025. Saat hampir tertidur di dalam kapalnya, ia tiba-tiba mendengar suara keras meneriakkan namanya, “Gatón!” Itu adalah suara seorang petugas penyelamat dari helikopter.

Seakan mendapat jawaban atas doanya, ia menyadari bahwa pertolongan telah tiba. Petugas penyelamat memberi isyarat bahwa sebuah kapal akan segera datang untuk menjemputnya. Sekitar satu jam kemudian, di tengah gelapnya malam, ia melihat lampu kapal yang mendekat—tanda bahwa ia akhirnya bisa pulang setelah tiga bulan lebih bertahan hidup dalam kondisi ekstrem.

“Itu sesuatu yang luar biasa,” katanya penuh haru.

Menghargai Kehidupan dengan Perspektif Baru

Setelah melewati pengalaman yang mendebarkan ini, Gaton kini memiliki apresiasi yang lebih besar terhadap kehidupan.

“Saya akan menceritakan kisah saya ke seluruh dunia, agar dunia tahu bahwa Tuhan adalah segalanya dalam hidup ini. Kita harus meletakkan tangan di dada, memenuhi diri kita dengan cinta, dan memberi cinta. Itulah yang kita butuhkan di Bumi ini,” pungkasnya.

Kisah heroik Gaton tidak hanya menjadi bukti ketahanan manusia dalam kondisi ekstrem, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya harapan, iman, dan cinta terhadap keluarga. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *