100 Hari Agustiar–Edy: Janji yang Turun ke Jalan, Bukan Hanya Tertulis di Kertas

INSFRASTRUKTUR LOKAL PEMERINTAHAN

Pradanamedia/Palangka Raya – 100 hari memang bukan waktu yang panjang, tetapi cukup untuk menunjukkan arah dan komitmen kepemimpinan. Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, Kalimantan Tengah mulai bergerak ke arah baru di bawah duet Gubernur Agustiar Sabran dan Wakil Gubernur Edy Pratowo, dengan dukungan visi Presiden Prabowo Subianto.

Bukan hanya sekadar duduk di balik meja, keduanya memilih turun langsung ke lapangan—menyusuri jalanan rusak di pelosok, menyapa anak-anak di sekolah dengan fasilitas terbatas, dan menyaksikan sendiri gelapnya malam tanpa listrik di desa-desa terpencil. Seratus hari pertama mereka bukan diisi dengan wacana, tetapi aksi nyata.

Pendidikan menjadi prioritas utama. Program sekolah gratis dan distribusi 10.000 beasiswa telah diluncurkan untuk menjangkau anak-anak di wilayah terjauh. Digitalisasi pembelajaran mulai diterapkan melalui koneksi internet Starlink, membawa dunia ke ruang-ruang kelas di pedalaman. Program makanan bergizi gratis untuk pelajar juga mulai bergulir, sejalan dengan misi nasional Presiden Prabowo.

“Anak-anak kita harus kenyang, sehat, dan cerdas,” tegas Agustiar Sabran.

Ekonomi rakyat kecil pun disentuh dengan serius. Program IKM Berkah tidak sekadar slogan. Ribuan pelaku industri kecil mendapat pelatihan, pendampingan, dan bantuan permodalan. Agustiar bahkan menyebut mereka sebagai “calon miliarder baru” dari Bumi Tambun Bungai.

Kestabilan harga pangan dijaga. Pasar murah menjangkau ribuan desa, meringankan beban belanja rakyat. Proyek food estate mulai menampakkan hasil panen. Ketika bencana melanda—banjir maupun kemiskinan struktural—pemerintah provinsi bergerak cepat. Rumah warga diperbaiki, bantuan langsung disalurkan.

Pembangunan infrastruktur jadi prioritas. Dari Sampit hingga Gohong–Bahaur, Rp28,1 miliar digelontorkan untuk memperbaiki jalan. Ketika perusahaan merusak jalan umum dan enggan bertanggung jawab, Gubernur turun langsung dan memberi ultimatum. Di Lupak Dalam, janji penerangan malam diwujudkan hanya dalam hitungan hari melalui pengadaan genset. Target listrik masuk desa pada 2026 kini menjadi komitmen yang nyata.

Di bidang kesehatan, layanan pemeriksaan gratis digelar. RSUD Hanau diinspeksi langsung oleh Gubernur. “Kalau rakyat sakit dan rumah sakitnya rusak, berarti kita membiarkan mereka mati dua kali,” ujar Agustiar.

Harmoni sosial juga menjadi perhatian. Nilai-nilai agama dan budaya dirawat dengan kasih. Kalimantan Tengah Bersholawat, Paskah bersama, hingga peresmian Balai Hindu Kaharingan menunjukkan ruang inklusif bagi seluruh umat beragama. Festival Budaya Isen Mulang dan Kalteng Expo menjadi panggung pelestarian jati diri daerah.

Seratus hari ini bukanlah akhir, melainkan permulaan dari perjalanan panjang. “Kami bawa janji itu ke jalan, ke sekolah, ke ladang, ke pasar, ke rumah-rumah rakyat. Dan kami akan terus berjalan,” tutup Agustiar Sabran. (KN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *